Adab-Adab Berdoa dan Syarat-syarat Di ijabahnya Doa

Adab-Adab Berdoa dan Syarat-syarat Di ijabahnya Doa

  Segala puji bagi Allah Yang Maha Mendengar rintihan para hamba-Nya, Maha Mengijabah doa para pemohon, Maha Kaya dan Maha Perduli terhadap jeritan suara mereka yang sengsara, Maha Dermawan bagi mereka yang membutuhkan, Maha  Pengasih terhadap semua  makhluk-Nya, dan Maha Penyayang terhadap mereka yang menderita. Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Muhammad saw dan keluarganya yang suci (sa).
Doa adalah prisai sekaligus senjata bagi kaum mukminin, yang bentengnya adalah doa dan senjatanya tangisan.
Karena meyakini  bahwa Rasulullah saw bersabda:
  “Doa adalah inti ibadah dan tidak ada seorang pun yang akan binasa bersama doa.” Biharul Anwar, 93: 300)
Dengan sabdanya tersebut Rasulullah saw menghimpun semua nilai ketinggian dan keagungan doa serta pengaruhnya ke dalam kehidupan.
Allah swt berfirman:
  “Tidak Aku ciptakan jin dan manusia  kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” (Adz-Dzariyat/51: 56).
Ayat ini mengisyaratkan bahwa tujuan kita diwujudkan dan dihidupkan di dunia tiada lain kecuali untuk beribadah kepada Allah swt.
Sedangkan doa merupakan inti ibadah. Allah swt berfirman:
“Berdoalah kepada-Ku  pasti Kuperkenankan doamu, sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari beribadah kepada-Ku, mereka akan masuk ke neraka jahannam dalam keadaan hina dina.” (Al-Mukmin/40: 60).
Dalam  ayat ini Allah swt menjelaskan bahwa doa adalah ibadah, dan menegaskan sebagai hal yang saling berlawanan: doa dan kesombongan.
Yakni:
Pertama:  Menggambarkan pribadi seorang hamba yang mengenal Tuhannya, mengenal dirinya sebagai hamba-Nya, dan menjalin hubungan kedekatan dengan Penciptanya.
Kedua:  Menggambarkan sikap orang yang sombong, angkuh, keras kepala dank eras hati, ahli maksiat dan durhaka, yang jauh berbeda dengan  pengenalan yang dirasakan oleh orang dalam sisi yang pertama.
Dengan makna tersebut menunjukkan bahwa  orang yang menghina dan mengecilkan peranan doa dalam  kehidupan, maka ia digolongkan pada bagian yang pertama.
Orang yang sombong dan tidak mengenal dirinya. Padahal Rasulullah saw bersabda:
“Barangsiapa yang mengenal dirinya ia mengenal Tuhannya.”
Makna inilah yang dijelaskan oleh para kekasih Allah swt bahwa ibadah yang paling utama adalah doa.
  Karena tujuan ibadah  adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah swt dengan mengenal hak-hak Allah dan kekuasaan-Nya yang  tak akan tertandingi oleh siapapun; untuk merendahkan diri di hadapan-Nya, karena meyakini  bahwa segala kebutuhannya berada di tangan Allah Pemilik malakut langit dan bumi, yang apabila Dia memberi tak akan ada seorang pun yang mampu menghalangi, apabila Dia menahan tak  akan ada seorang pun yang mampu memberinya, dan tak ada seorang pun yang kuasa  menolak takdir-Nya kecuali Dia.
Tak ada ungkapan yang lebih jelas seperti makna yang diungkapkan di dalam  doa. Karena doa menjadi wasilah untuk mengungkapkan rasa sedih  dan duka, perasaan yang paling mendalam  dan perjalanan batin, di waktu sekarang dan mendatang.
Dalam  kondisi dan keadaan seperti itulah  wujud ibadah paling nampak dan paling sempurna. Dan dalam  kondisi itulah  seorang hamba paling dicintai oleh Allah swt.
Imam  Ali bin Abi Thalib (sa) berkata:
“Amal yang paling dicintai oleh Allah azza wa jalla adalah doa.”
Jika Islam  memperhatikan suatu persoalan tertentu, maka pasti atasnya ditetapkan adab-adab dan syarat-syaratnya, agar manusia dapat memperoleh kesempurnaannya dan memetik hasilnya.
Demikian juga dalam  halnya persoalan doa,  Islam  telah memperkenalkan kepada manusia adab-adabnya, agar mereka memperoleh hasilnya,  merasakan kebahagiaan dan kesejukan batin saat menghadap kepada Allah swt sumber mata air kedamaian. Memperoleh keyakinan bahwa Dia Maha Mendengar dan Maha Mengijabah. Beradab dan bertatakrama  yang baik dan sopan di hadapan-Nya sebagai seorang hamba yang membutuhkan-Nya, agar mendapat perhatian-Nya.
Islam  juga memperkenalkan kepada manusia tentang syarat-syaratnya, agar mereka berdoa dengan doa yang benar, dan doanya berpengaruh  pada harapan dan kehidupannya, cepat atau lambat, segera atau tetunda.
Suatu harapan semoga postingan ini dapat mengantarkan kita pada cita-cita dan harapan. Mengkhusukkan hati, mentadharru’kan diri. Mengalirkan kesejukan dan kedamaian ke dalam kehidupan kita dan keluarga kita. Amîn yâ Rabbal ‘âlamîn.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengertian Azimat, wafak, dan rajah

MEDITASI DZIKIR QOLBU

MEDITASI DZIKIR DENGAN PERNAPASAN SEGITIGA